Melihat ke depan

Gue lagi bingung mao masuk ke uni mana nih... Yang gue bingung adalah pilihan untuk sekolah di luar atau di sini (indo) and sekarang gue mao sharing pandangan gue ma lu orang, plz comment buat masukan yah ^^.. (* : akan dibahas lebih lanjut)

Di Luar Negeri
(+)
- Tersedia fasilitas seperti wireless internet, lapangan olahraga, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang kaga ada di Indo.
- Pelajaran lebih bagus daripada di Indo (tidak semua univ)
- Bisa berbahasa asing (inggris, mandarin dll) dengan baik (kalo punya temen2 orang sana, and inggrisnya dilatih terus :p)
- Tinggal di lingkungan multicultural environment, berarti kita bisa bergaul dengan orang-orang luar negeri yang berbeda latar belakangnya, budayanya dll. Berarti pergaulan kita akan semakin luas.
- Hidup mandiri
- Gaji pertama setelah lulus cukup tinggi untuk sebulannya. (Singapur ±2500-3500 S$, Jpn ±250.000 yen dll) - agak sotoy dikit gpp deh :p
- Kalau balik ke Indo, lebih dihargain sama perusahaan-perusahaan tempat kita ngelamar.

(-)
- biaya sekolah dan hidup mahal.. (kecuali lu dapet beasiswa)
- Koneksi orang indo kurang*
- Walaupun gaji tinggi, biaya hidup disana juga tinggi.
- Ga ada waktu buat ngembangin diri di bidang lain (belajar musik, bergaul dll) jika sekolah di univ2 bagus yang kerjanya belajar molo. (Yang ini asumsi gue doank lho)
- Kalo balik ke Indo, mendingan ga usah bandingin gaji lu di indo sama biaya sekolah and hidup lu di luar. Bisa-bisa 10 tahun ga balik modal (ekstrim :p)
- Jauh sama keluarga.
- family member sport centre jadi ga kepake, ga bisa olahraga seenaknya (pribadi :p)

Di Indo
(+)
- Lebih deket sama keluarga, jadi kalo mao ngunjungin lebih deket (kalo di luar kota) - kayak anak mami aje hehe.
- Koneksi orang indo*
- Biaya relatif lebih murah dibanding luar negeri
- Tahu lebih dalam kebudayaan, cara berpikir (mindset) orang Indonesia.*

(-)
- Pelajaran ga sebagus di luar negeri (tidak semua univ) dikarenakan kualitas pendidikan Indonesia kurang diperhatikan.
- Fasilitas univ kalah dengan luar negeri.
- Lulusan indo kalah pamor dengan lulusan luar negeri (untuk univ2 tertentu) buat nyari kerjaan.
- Cuma bisa 1 bahasa, bahasa indonesia (kecuali univ2 yang menggunakan bahasa inggris atau ngambil jurusan sastra inggris, mandarin or watever..)

Dari garis besar di atas gue nyimpulin bahwa aspek positif dan negatif sekolah di luar lebih banyak daripada aspek positif n negatif di indo (kalo ada yg mao ngusulin tambahan aspek + maupun - tolong comment).

Tapi yang paling gue perhatiin adalah hal koneksi dan kebudayaan (mindset) orang indo.
1. Gue sebagai orang yang berintensi untuk kerja di indo (semoga), ngeliat bahwa kalo sekolah di indo, kita bakal punya lebih banyak koneksi, relasi yang bakal kita butuhkan nanti kalo kita kerja (baik kerja sama orang maupun usaha sendiri). Memang, di luar negeri juga banyak orang indo, tapi permasalahannya apakah mereka akan balik ke Indo melihat gaji dan fasilitas2 yang ditawarkan disana? Mungkin hanya sedikit dari mereka yang bakal balik ke Indo.

Orang yang mengandalkan koneksi mungkin sering kita sebut melakukan tindak nepotisme dan kronisme (cronyism). Tetapi gue sendiri, berusaha untuk menjadi orang yang tidak munafik, juga berpikir bahwa koneksi sangat membantu dalam usaha and kerja gue nanti. Dunia sekarang, menurut gue, kita tidak hanya harus pintar (ip tinggi dll), tetapi juga harus pintar bergaul untuk mencari relasi tersebut dan gue berpikir kalo sekolah di Indo, kesempatan gue untuk dapet relasi jauh lebih banyak dibanding kalo gue sekolah di luar.

Gue berpikir kalo di dalem negeri, bakal daftar ke ITB.. (kalo diterima syukur deh hehe) Sekarang di ITB itu kan ada yang namanya PMBP ato yang lebih kita kenal dengan nama jalur khusus, atau mandiri. Bayarnya kira-kira 45 jt uang pangkalnya, tetapi uang semesterannya biasa. Tetapi 45 jt aja, kata temen gue kemaren yang test lewat jalur PMBP ada 600 orang dan tidak semuanya diterima tentunya. Gelombang kedua akan diadakan nanti tanggal 6-8 juni.
Dari sini gue berasumsi bahwa murid-murid ITB walaupun murid-muridnya ga sepinter dulu (karena seleksi yang ketat) tetapi rata-rata keadaan ekonomi dari murid-murid tersebut lebih tinggi dibanding murid-murid dulu. Dengan begitu, kalo mao cari relasi, koneksi yang istilahnya 'setara' jauh lebih banyak sekarang :D

2. Mindset orang indo mungkin dapat dideskripsikan masih berbelok-belok dibanding orang-orang luar negeri (negeri2 yang sudah maju tentunya). Salah satu contohnya yang paling gue alami skrg adalah masalah duit. pokoknya ada duit, semua beres.

Gue sedang bangun rumah, jadi banyak bahan-bahan bangunan gitu di depan rumah gue. Ternyata, untuk taruh batu bata di depan rumah aja, kita harus bayar ke preman (istilah dari penguasa daerah tersebut) rp. 15 per batanya.. taruh semen sekian rupiah, taro kayu sekian rupiah. Mau bangun rumah aja mesti bikin surat perjanjian ke preman tersebut dan bayar dalam jumlah yang cukup buat hidup berkecukupan 1 bulan. Ketika lantai 2 and lantai 3 mao dicor, dateng lah pak lurah, hansip-hansip dari segala penjuru untuk minta uang.. Jadi ya dapat lu orang itung sendiri deh duit yang lu butuhkan buat biaya 'serba-serbi' nya itu.. hehe
Mirip juga halnya ketika di tanah abang. Udah bayar parkir biasa, terus di dalem parkirannya ada preman. Mao parkir bayar 5000 lagi. Jadi misalnya lu 1 jem.. berarti 2000+5000 hehehe (kata sopir gue).
Di sisi lain, ketika mao buat passport (sekarang dipersusah) 450 rb dalam 3-4 mingguan.. kalo ga salah. Tapi kalo mao cepet ya 2-3 kali lipet haragnya dan hasilnya juga 3 kali lebih cepet.. mungkin 5-7 hari selesai.

Mungkin itu ajah.. Plz comment..

posted by edgar @ 7:04 PM, ,


Intermezzo

Chinese man taking a loan

A Chinese man walks into a bank in New York City and asks for the loan officer. He tells the loan officer that he is going to China on business for two weeks and needs to borrow $5,000. The bank officer tells him that the bank will need some form of security for the loan, so the Chinese man hands over the keys to a new Ferrari parked on the street in frontof the bank. He produces the title and everything checks out. The loan officer agrees to accept the car as collateral forthe loan. The bank's president and its officers all enjoy agood laugh at the Chinese for using a $250,000 Ferrari ascollateral against a $5,000 loan. An employee of the bank then drives the Ferrari into the bank's underground garage and parks it there.

Two weeks later, the Chinese returns, repays the $5,000 andthe interest, which comes to $15.41. The loan officer says,"Sir, we are very happy to have had your business, and this transaction has worked out very nicely, but we are a little puzzled. While you were away, we checked you out and found that you are a multi-millionaire. What puzzles us is, why would you bother to borrow $5,000?" The Chinese replies: "Where else in New York City can I park my car for two weeksfor only $15.41 and expect it to be there when I return?"

Ah you see, the mind of the Chinese..

Hayoo.. siapa yang pelid begitu juga? hahaa.
Ekstrim abis ini orang pelidnya.. tapi lucu ^^;

Tapi kalo gue ngeliat dari sudut pandang lain, selain pelidnya, sebenarnya orang chinese ini sangatlah kritis. Bayangkan, selain dari segi ekonomis dia juga melihat dari segi keamanan tuh mobil. Dari segi ekonomis, kalo kita pikir-pikir, mana ada tempat parkir yang cuma bayar $15.41 dollar buat 2 minggu and di kota New York pula. Tambah lagi, tuh mobil pasti aman deh, ga mungkin ilang.
Udah murah, aman lagi.. gile.. efisien yeh hehe..

posted by edgar @ 6:59 PM, ,


"We got number 2 3 and 4! *Laughing* "

Ini cerita dari temen gue yang diterima di NTU lalu diwawancarai sama orang singapore, dalam bahasa inggris tentunya. Kata temen gue, tuh orang tanya macem-macem, dari bagaimana menurut anda di singapore, mengapa anda memilih sekolah di ntu etc. Sampai pada suatu pertanyaan yang dia ceritain dan sangat menarik untuk diperdebatkan.

(translated) I : interviewer, F: temen gue
I: Kemarin pas appreciation day lu ranking brapa untuk angkatan kelas 3?"
F: Rank 3 tuh..
I: Terus temen-temen lu yang diterima di NTU pada rank berapa?
F: Surya rank 2, marvin rank 4..
I: Wah.. berarti kita dapet nomor 2, 3 dan 4.. hahahaha (tertawa)

Langsung terlintas dipikiran gue.. Untung aja dia belum tau kalo kevin handaya (salah satu temen gue yang diterima di NTU jg) itu rank 5 (kira2), tejo 10 besar.. dan untung juga derianto (rank 1) ga daftar ke NTU.. kalo ngak, tambah sombong aja tuh NTU.

Dari sini gue bisa ambil pandangan dari 2 sisi:
1. Sisi pertama yaitu gue melihat bahwa Singapura adalah negara yang sangat peduli akan pendidikan. Bayangkan, mereka menawarkan beasiswa (70% untuk semua murid dan beberapa 100%) dan pendidikan yang boleh dikatakan american inclined yang sudah berkualitas dan diakui dunia internasional (mereka mengikuti sistem pendidikan amerika).. Jadi, mereka yang ga beduit, asalkan pinter bisa masuk ke NTU and NUS dengan loan yang dapat dicicil selama 20 tahun lamanya. (loan interest dimulai saat mereka sudah lulus)

2. Sisi kedua, gue melihat ketidakmampuan indonesia untuk menjaga SDM nya. Bayangkan, 3 orang terpintar di Canisius, bahkan bisa dibilang 3 orang terpintar di Jakarta untuk angkatan gue diambil oleh Singapur. Tidak hanya dari Jakarta saja, tetapi banyak dari daerah-daerah yang merupakan juara-juara olimpiade maupun yang hanya lolos ke babak-babak tertentu juga diambil oleh NTU maupun NUS. Memang, mungkin sebagian kecil dari orang-orang pinter ini bakal balik setelah kerja selama beberapa tahun di Sing walaupun fasilitas yang disediakan di Singapur lebih enak. Tetapi apa daya usia produktif dari pemuda-pemudi Indonesia ini (20-30an) sudah diambil oleh Singapur.. Indonesia, istilahnya, dapet sisa doank dari singapur..

Sedih rasanya melihat keadaan begini. Gue, sebagai salah satu orang indo, merasa seperti tertampar. Tapi apa daya.. memang kualitas pendidikan Indonesia masih begitu. UI saja, yang merupakan sekolah negri, menuntut pendaftar untuk membayar 25 jt baik dari jalur PMDK dan SPMB. Saya pernah ngobrol dengan dosen teknik industri di UI yang sudah bekerja belasan tahun.. dan dia berkata bahwa gajinya sebulan hanya sekitar 2-3 juta sedangkan saya bandingkan dengan gaji dosen amerika yang gajinya kalo dirupiahin setahun bisa ratusan juta bahkan sampe miliaran rupiah.

Logikanya, saya berasumsi bahwa kalo gaji guru aja cuma kira2 2-3 juta, apakah masih banyak orang-orang yang berdedikasi tinggi untuk pendidikan,tidak memperhitungkan gaji dan yang paling penting adalah cerdas dan tahu bagaimana cara mengajar yang menarik bagi anak muridnya? Gue ngerasa di sekolah gue itu guru-guru yang pinter sangatlah berkurang jumlahnya. Gue sempet denger cerita dari temen gue, dan temen gue itu denger dari pak Iskandar, salah satu guru CC yang udah pensiun tahun lalu, gue sempet dapet lho. Jadi ceritanya, tahun 96 itu banyak guru-guru katolik yang 'diambil' oleh SPH yang baru buka. Mereka digaji sekitar 4 juta (jumlah yang cukup besar untuk tahun 96) dan beberapa dari guru tersebut ada yang dibiayai untuk ambil S2 di swiss, dan setelah pulang ke Indonesia mereka diberi tempat tinggal dll.

Keadaan tambah diperparah dengan munculnya sekolah-sekolah national+ maupun sekolah international. Gaji bule-bule di sekolah-sekolah begitu, mungkin 2-3 kali lipet lebih tinggi daripada guru indo yang ngajar di sekolah yang sama. Padahal, gue pernah ngobrol-ngobrol sama guru international school, dan ia cerita bahwa bule-bule tersebut pernah cerita ke tuh guru bahwa tuh bule, walaupun S1, hanyalah turis yang kehabisan duit dan mencari uang tambahan di Indonesia. Gaji guru indo, walaupun lebih kecil daripada bule, tetep aja lebih tinggi daripada gaji guru national school.. Lantas saja guru-guru muda yang berpotensi bagus, mana mau masuk ke national school kecuali beberapa hal seperti national school yang sudah terkenal, national school yang memberi gaji besar (dalam hal ini sedikit). Sedihnya..

"Memang uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang boo.." Itu kata-kata guru Fisika gue yang sekarang udah pindah ke PH, dan jadi asisten yohanes surya.

Gue cuma berharap.. bahwa pendidikan Indonesia bisa lebih baik daripada sekarang ini, karena gue memperhatikan bahwa banyak sekali pemuda-pemudi yang berpotensi tetapi tidak dapat dikembangkan secara penuh karena sistem pendidikan yang tidak optimal..

posted by edgar @ 11:35 PM, ,


Singgah yg bermakna

Sabtu dan minggu kemarin gue 'singgah' ke Jakarta Selatan, tempatnya anak-anak gaul and artis-artis lhoo (kata orang sich gitu =D) dan gue nemuin beberapa hal menarik.

Sabtu, setelah gue tugas jadi tatib di gereja, gue langsung ke pim (pondok indah mall) buat nonton berbagi suami.. tapi apa daya setelah sampai disana tiket sudah abis and mao nonton pink panther jg udah abis. Akhirnya kita putuskan buat nonton midnight pink panther. Oh iya ampir lupa.. Daru tiba-tiba nelpon and ikutan. Sampe-sampe di PIM, dia pake jaket lambang CC boo.. gile.. rasa 'nasionalisme'nya (ato apa istilahnya, watever..) tinggi bgt. and yang gue bangga lagi adalah dia cukup terkenal di pim.. jalan setiap 5-10 menit ketemu temennya melulu.
Mata gue di pim sampe ga pernah berhenti melirik kanan-kiri buat ngeliat cewe-cewe cakep and beberapa artis. gue merasakan suasana yang berbeda bgt daripada di jakarta barat. gue bukan ngeledek barat karena gue pun anak barat.. tapi kita harus ngakuin bahwa emank anak-anak selatan, dari gaya berpakaian khususnya, jauh lebih.. emm.. keren lah istilahnya daripada anak2 barat. =D.

Minggu, gue ngehadirin pernikahan anak dari alumni teknik ui, temen bokap gue dulu pas kuliah. Gue nyetir ke tebet untuk pertama kalinya dan gue merasa sangat asing di tempat itu. Akhirnya sampai di tempat yang bernama 'Balai Sudirman'. Masuk-masuk, gue langsung saja menyimpulkan bahwa perbandingan mata sipit : nggak sipit kira-kira 1:50 .. haha (no offend lhoo! :p) Tapi gue dapat berasumsi bahwa mereka adalah kalangan menengah keatas dari cara berpakaian bajunya. Banyak sekali hal-hal menarik yaitu perbedaan dan persamaan yang gue temuin disana. salah satunya pas gue lagi ngantri sup.
Waktu itu.. gue sedang ngantri and tiba-tiba ada bapak-bapak nyelak depan gue. Sebelum nyelak dia sempet ngeliat muka gue dulu, mungkin dia pikir 'ah masih muda' jadi langsung aja dia nyelak.. padahal di belakang gue udah ada beberapa orang yang ngantri buat tuh sup (kurang asem jg neh orang, pikir gue dalem ati (-_-)" ). Hal ini sama juga kalo gue ke kondangan orang cina.. bedanya adalah yang nyelak ncim-ncim yang udah tua. pikir gue dalem hati 'ternyata, dimana-mana ada orang begini juga yeh haha'. Yah gue akhirnya ngalah soalnya kalo ngatain orang tua ntar bisa kualat hehehe.

Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan seperti cara berpakaian, gue ngeliat bahwa lebih banyak persamaan-persamaan, dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang besar, diantara orang barat and orang selatan. Sama-sama ada orang yang nyelak kalo di pesta (lol), sama-sama merayakan pesta pernikahan dengan mewah, dan banyak lagi hal lain yang mungkin gue ga sadar. Kalau persamaan itu lebih banyak, mengapa ada orang-orang yang cenderung bersikap diskriminatif dan mengundang perselisihan?

Gue pernah denger ceramah di radio: Para buruh menganggap bos mereka, orang tionghua, sering bertindak semena-mena terhadap mereka. Padahal jikalau bos mereka bukan orang tionghua, bos tersebut pun akan bertindak semena-mena. Jadi masalahnya disini adalah bukan mengenai ras dari bos tersebut, tetapi mengenai mental orang indonesia yang belum siap menjadi bos.

Gue jadi teringat pada saat nonton incognito di java jazz.. Di lagu terakhir, seorang personil incognito membagi crowd menjadi 2 bagian, bagian a dan bagian b. Ia kemudian bertanya, 'A, what do you think about B?' crowd A menjawab 'huuuu'.. dan begitu pula sebaliknya crowd B terhadap A. Lalu personil incognito itu berkata "mengapa kalau dibagi menjadi kelompok, kelompok yang satu cenderung menjatuhkan kelompok yang lain? Itulah yang terjadi di dunia ini dan menyebabkan keadaan yang tidak damai" kemudian ia bertanya lagi kepada crowd A tentang tanggapan terhadap crowd B dan A menjawab "YAA!!". Ia juga berkata bahwa personil-personilnya, walaupun berasal dari negara-negara yang berbeda seperti america, jamaica, mexico dll, dapat berkerja sama dengan baik and menghasilkan lagu-lagu yang terkenal sampai sekarang. Ia menganggap bahwa perbedaan bukan suatu halangan buat bekerja sama and malah membuatnya menjadi suatu kekuatan.

Sejak saat itu.. gue berusaha buat menjadi seorang yang tidak diskriminatif, seorang yang menganggap perbedaan sebagai suatu advantage dan seorang yang kritis, walaupun belum sepenuhnya bisa hehehe.

Kok artikel gue jadi kurang nyambung (kohesif) yah? gpp lah.. tiba2 keluar dipikiran gue, kalo ga ditulis ntar lupa sayang hehe. (^.^)

posted by edgar @ 11:46 AM, ,